About Me

header ads

Nabi Abraham dalam AlKitab dan AlQuran


Tulisan ini dimaksudkan sebagai rintisan awal untuk meneliti sosok Abraham yang merupakan bapak spiritual monoteis para pengikut Musa, Yesus, dan Muhammad.  Penting kiranya  mengetahui asal-usul ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam. Nabi Abraham adalah figur utama sebagai jalan untuk mengetahui persamaan ketiga tokoh dunia tersebut. Menjadi ilham bagi umat Musa, Yesus, dan Muhammad.

Konsep teologi yang dibangun Abraham adalah monoteisme (tauhid) dan berserah-diri (aslama) secara total kepada Tuhan Yang Maha Esa. Monoteisme murni -bahwa tidak ada Yang Maha Bos di alam semesta selain Allah serta menolak segala bentuk paganisme dan politeisme.

Beberapa perbedaan redaksi dalam Alkitab dan al-Qur’an mengenai kehidupan Abraham memang ditemukan. Namun kedua kitab besar tersebut mengakui dua hal yang sama bahwa Abraham akan menjadi patriakh bangsa-bangsa. Dan bahwa perjalanan spiritual Abraham adalah inspirasi bagi umat Musa, Yesus, dan Muhammad dalam menjalankan ritual ibadah mereka.


Abraham dalam Alkitab
Alkitab merupakan kitab sejarah yang lebih lengkap tentang Abraham dibanding Al-Quran. Dalam kitab Kejadian dirinci jelas mulai dari nama aslinya yakni Abram, asal-usul, kehidupan pribadi dan perjalanan spiritualnya. Karenanya, untuk memenuhi penjelasan lebih rinci, umat Islam tetap harus merujuk pada Alkitab.[1] 

Abraham menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk misi ilahiah. Karenanya kisah hidupnya menjadi inspirasi para hamba Tuhan khususnya pengikut Musa, Yesus, dan Muhammad. Dimulai ketika dia dipanggil Tuhan untuk melaksanakan tugas sucinya di Kanaan.[2] Di mana sebelumnya, Terah telah membawanya bersama istrinya, Sarai dan anak saudaranya Lot ke Kanaan. Mereka kemudian singgah di Harandan. Terah meninggal di sana pada usia 205 tahun (Kej. 11:31-32).




Pada usianya yang ke 75 tahun, Kanaan menjadi tempat Tuhan memperkenalkan dirinya dengan El-Shaddai,[3] memberi perintah kepada Abraham untuk pergi dari keluarga rumah bapaknya untuk menuju kota yang telah ditunjuk oleh-Nya. Maka berangkatlah Abraham bersama istrinya Sarai dan Lot, anak saudaranya, serta seluruh harta benda yang dimilikinya; dari Haran ke negeri yang diperintahkan Tuhan kepadanya. 

Abraham beserta rombongan berhenti di daerah dekat Sikhem, yaitu pohon ek atau tarbantin[4] di More, di mana orang-orang Kanaan tinggal di sana. Tuhan sekali lagi menampakkan dirinya kepada Abraham di tempat itu, memberitahukan daerah yang akan dianugerahkan kepadanya dan kepada keturunannya. Peristiwa itu menjadi dasar dari dan mengakibatkan ibadat/ kebaktian. Oleh karenanya, didirikanlah mesbah sebagai bentuk penyerahan diri dan kebaktian Abraham kepada Allah yang telah memperkenalkan diri kepada manusia.

Peristiwa penting selanjutnya adalah eksodus Abraham bersama dengan rombongannya menuju Mesir. Di negeri itu terdapat tradisi di mana mereka membunuh para suami untuk mendapatkan istri-istri mereka. Demi keselamatan Abraham menyuruh Sarai untuk tidak mengatakan bahwa ia adalah istrinya, melainkan saudaranya. Dari silsilah keluarga diketahui bahwa Sarai dan Abraham adalah saudara ( Kej. 20:12).

Setibanya di Mesir Abraham disambut dengan baik oleh Fir’aun, Raja Mesir, yang ingin mempersunting “saudari”-nya. Kepada Abraham diberikan segala kenikmatan dunia berupa binatang ternak seperti kambing, domba, lembu, sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina, dan unta. Akibat dari perbuatannya, Fir’aun dihukum oleh Tuhan, berupa kemandulan yang diderita wanita di seluruh Mesir. Melihat hal ini, Fir’aun memanggil Abraham untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang mengakibatkan kesengsaraan di Mesir. Perbuatan Abraham dianggap pengecut karena mengorbankan istrinya untuk “dijual” kepada Raja Fir’aun. Maka melalui Fir’aun, Tuhan memperingatkan Abraham, dan dia juga diusir dari Mesir (Kej. 12:11-20).
Abraham kemudian meninggalkan Mesir besama rombongannya dengan seluruh harta yang diperolehnya dari Fir’aun menuju mesbah yang pernah dibuatnya dahulu, di mana Abraham memanggil nama Tuhan. Abraham menetap di Kanaan. 

Dan Untuk kesekian kalinya Allah memperkuat perjanjian-Nya dengan Abraham bahwa dia akan dianugerahkan seluruh tanah yang ada, di tempat dia berdiri dan selayang pandang mata dari Timur, Barat, Utara dan Selatan; serta anugerah keturunan yang besar untuk melestarikan perjanjian-Nya. Kemudian Abraham memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon ek di Mamre, dekat Hebron dan mendirikan mesbah bagi Tuhan.



Gambar Peta Perjalanan Abraham
Sumber: Sayyid Mahmud al-Qimni, Nabi Abraham; Titik Temu-Titik Tengkar Agamaagama, Terj. Kamran Arsyad Irsyady, (Yogyakarta: LKiS, 2004), 174.
Singkatnya, perjalanan hidup Abraham telah membuahkan banyak perjanjian antara Allah dan Abraham. Berdasarkan Kitab Kejadian 12:1; 13:14; 15:1; 17:1-27; 18:1-16a; 21:1-7; 22:1-19 isi perjanjiannya antara lain:
1.      Tuhan memanggil Abraham keluar dari sanak saudara dan kota tempat tinggalnya untuk pergi menuju tanah yang telah dijanjikan Tuhan kepadanya;
2.      Tuhan memberi janji kepada Abraham bahwa dia akan dijadikan bapak  sejumlah besar bangsa-bangsa di tanah yang telah dijanjikan;
3.      Tuhan kembali menekankan tanah di mana Abraham berada dengan tanah yang telah dijanjikan;
4.      Abraham mendirikan mesbah sebagai simbol keberserah-diriannya kepada Tuhan dan sebagai tempat “berkomunikasi” dengan Tuhan;
5.      Tuhan memberikan janji akan keturunan yang akan lahir daripadanya, yakni Ishak;
6.      Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa Dia akan memberkati orang-orang yang memberkati Abraham dan mengutuk mereka yang mengutuknya; dan
7.      Tuhan memperbarui perjanjian terhadap Abraham, yakni:
Ø  Memberi seorang anak dan diberi nama Ishak;
Ø  Mengubah nama Abram menjadi Abraham;
Ø  Mengubah nama Sarai menjadi Sarah;
Ø  Menetapkan tanda sunat untuk orang-orang yang beriman; dan
Ø  Mengabulkan permintaan Abraham, bahwa Ismael akan hidup di hadapan-Nya, tetapi perjanjian Tuhan akan ditetapkan kepada Ishak.


 (bersambung ke judul “Abraham dalam Al-Qur’an”)



[1] Mana’ al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Mansyurat al-‘Ashr alHadits, T.Th), 354. Al-Quran sendiri juga mengatakan, “Maka jika kamu ragu tentang apa yang kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu…” (Q.S. Yunus: 94).
[2] John Van Seters, “Abraham,” The Encyclopedia of Religion, Vol. 1, ed. Mircea Eliade, (New York: Simon & Schuster Macmillan, 1993), 15.
[3] FE. Peters, Judaism, Christianity, and Islam; the Classical Texts and Their Interpretations (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1990), Vol. 1, 21
[4] Lempp menafsirkan pohon ini sebagai pohon suci. Mirip keberadaan pohon beringin di Indonesia yang sering merindangi kuburan untuk nenek moyang dan dianggap suci. Walter Lempp, Tafsiran Kedjadian 12:4 – 25:18, (Bandung: PD Grafika Prop. Djabar, 1969), 30.



Posting Komentar

0 Komentar