About Me

header ads

Mensyukuri Qarun


Mensyukuri Qarun
Oleh Mas Bejo

Bisnisku menjagal, jagal apa saja
Yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah karena aku
Yang penting asyik
Sekali lagi
(Asyik!)
Khotbah soal moral omong keadilan
Sarapan pagiku
Aksi tipu-tipu, lobying, dan upeti
Wow, jagonya
~ Iwan Fals.

“Anda belum beruntung,” demikian kira-kira bunyi sebuah prasasti ketika seorang menteri nongkrongin penggalian tempat harta karun. Lelucon tahun 2002 yang sudah hampir kita lupakan.

Lenyapnya si kaya raya Qarun beserta hartanya di Mesir ribuan tahun silam menjadi kisah abadi. Temuan harta berharga dalam jumlah banyak akan disebut harta karun.

Berbeda dengan Haman, kroni Firaun bernama Qarun ini benar-benar gila harta. Segala cara ditempuh untuk berada di peramida teratas kekayaan. Banyak orang berhasil kaya di zaman kemudian yang jejaknya mirip apa yang pernah dilakukan Qarun.






Media on line Political D!G pada bulan Oktober 2016 mengunggah tulisan "Big Pharma CEO: 'We're in Business of Shareholder Profit, Not Helping The Sick'" Kami berbisnis untuk keuntungan pemilik saham, bukan untuk menolong orang sakit. Meski kemudian ada klarifikasi pemberitaan, banyak yang percaya bahwa kapitalis dunia memang berwatak Qarun: hidup untuk mengumpulkan kekayaan.

Kedekatan dengan penguasa benar-benar dimanfaatkan Qarun untuk memperkaya diri. Persis seperti para konglomerat jaman now. Misalnya saja Dinasti Bush di Amerika Serikat sebagaimana diulas Kevin Philips tahun 2004. Dibangun dari relasi bisnis-politik, dinasti ini berkembang menjadi pengusaha minyak terbesar di di Amerika Serikat. Bidang finansial, dan industri militer juga tidak luput dari jangkauan. Prescott Bush, kakek Presiden  Bush, adalah pengusaha yang menjadi senator dari Connecticut dan teman main golf favorit Presiden Eisenhower.

Para Chaebol di Korea Selatan menjalin hubungan mesra dengan penguasa untuk memperoleh konsesi dan lisensi. Mereka membangun perusahaan multinasional dengan sokongan penuh dari rezim yang berkuasa (Kang, 2002). Berburu rente juga dilakukan. Kali ini tidak untuk menanamkan modalnya pada industri-industri yang menghasilkan barang untuk mendapatkan keuntungan tetapi diinvestasikan dalam bentuk protofolio atau portofolio invest (Park, 2004).

Selingkuh kepentingan penguasa dan pengusaha di Indonesia juga terjadi. Riset yang dilakukan Yoshihara Kunio (1990), Richard Hefner (1998), serta Robinson dan Hadiz (2004) membenarkan hal ini. Demikian pula di Thailan di mana Shin Corporation sebagai pelaku utama.

Sejak era 1970-an teori perburuan rente ekonomi ("Theory of Economic Rent-seeking") telah menjadi diskusi di banyak tempat. Menjelaskan fenomena perilaku pegusaha untuk mendapatkan lisensi khusus, monopoli, dan fasilitas lainnya dari penguasa. Pertanyaan kemudian muncul, kenapa hal seperti itu tidak bisa terelakkan, merugikan banyak negara dengan rakyat yang menderita…

Mega proyek dengan dana unlimited sangat banyak ditangani oleh para Qarun ini, di banyak negara. Apalagi jika ada negara yang tidak punya haluan jangka panjang dan menengah. Qarun akan menjilat penguasa habis-habisan; lobi dan upeti siang malam. Tidak penting apakah bermanfaat untuk rakyat atau tidak, signifikan dan efisien atau tidak bagi negara, sebuah proyek bagi Qarun adalah untuk diambil keuntungan dan menyenangkan Firaun.

Meski akibat kebijakan yang salah membuat rakyat menanggung dengan pajak yang mencekik, kerja paksa, dan sebagainya. Sementara Qarun hidup hanya mampir menumpuk harta, bagi rakyat hidup hanyalah menunggu kematian sambil pusing dikejar cicilan.

Qarun jadul bahkan tidak mau berderma ketika diingatkan oleh saudaranya Bani Israel. Ia merasa apa yang didapat adalah hasil usahanya sendiri. “Carilah apa yang telah dianugerahkan kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah lupa akan bagianmu daripada dunia..”  ayat yang ditujukan untuk Qarun tapi juga dijadikah dalil bagi sekulerisme.

Sambil menjilat pantat penguasa, kaum oportunis berkata “...Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; Sesungguhnya ia benar-benar memiliki keberuntungan yang besar.”

Bukan tanpa kelemahan, sebagai benalu, ketika pohon kekuasaan tempat ia numpang mati, Qarun juga binasa. Bahwa kapitalis yang berkembang di Asia Tenggara ini sebagai kapitalis semu (ersatz capitalist) sebagaimana hasil studi Yoshihara Kunio (1990), pengusaha yang tumbuh karena bergandeng mesra dengan rezim, membangun bisnis dengan memperoleh kemudahan (privilese) dan proteksi politik.

Prinsip perbudakan yang mengeluarkan biaya sekecil-kecilnya, dan meraup untung sebesar-besarnya dari usaha orang lain berjalan mulus. Dalam sistem perbudakan, yang berkuasa penuh adalah pemimpin (penguasa). Dengan kekuasaannya dia dapat menyuruh rakyatnya bekerja dengan bayaran seminimal mungkin.

Beda kasus ketika ternyata justru “penguasa” yang dikendalikan Qarun sebagaimana terjadi di banyak tempat sekarang. Karena dalam ekonomi kapitalis yang berkuasa penuh adalah modal. Dengan kekuatan modal, ekonomi kapitalis dapat mempekerjakan para penguasa. Drama tuan dan hamba menjadi nyata, dan rakyat berhadapan dengan boneka politik.

Dapatlah dimengerti jika ada penguasa yang sangat takut investasi hilang dari negerinya, ia sedang diperbudak modal. Tidak segan menjual asset negara apapun demi menghamba kepada modal. Dia menganggap kekuasaannya akan langgeng.

Pada akhirnya perbudakan / penghambaan manusia atas manusia berbuah kemiskinan, kelaparan, kelesuan ekonomi, kesenjangan sosial-ekonomi, dan kemudian berdampak pada kriminalitas. Ngerikah? Tidak bagi pemilik modal.

Penghuni piramida puncak kekayaan dunia sudah membangun sorga mereka sendiri yang aman, tenteram, dan penuh keberlimpahan. Di bawahnya ada kaum kaya yang lumayan sorga, bawahnya lagi kadang sorga kadang neraka, dan paling bawah adalah penghuni neraka sumpek nan pesing.


Ilustrasi karya Carlin (Sorga dan neraka bertetangga)



Jika Karl Popper benar bahwa masyarakat kapitalistik saat ini adalah bentuk terakhir dari peradaban umat manusia, maka kiamat tidak lama lagi. Dan kisah panjang penderitaan manusia akan berhenti.

Sebagai rent seeking, benalu, dan kapitalis semu atau sungguhan, Qarun jadul masih sedikit percaya Tuhannya Musa. Mungkin darah Israel yang mengalir dalam tubuhnya membuat ia sulit untuk sepenuhnya mengabdi kepada Firaun. Dia menduakan Yahweh.

Qarun jaman now barangkali bisa diharapkan bertobat, tapi di sisi lain, bagi mukmin pengharap kiamat atau keruntuhan Firaun, maka, justru atas partisipasi kejahatan Qarun jugalah zaman baru terlahir.



Posting Komentar

0 Komentar